Minggu, 18 November 2012



14 February Pertama
Gadis itu bernama Vio


Jujur saja pagi ini sangat menyebalkan. Tanpa bosannya matahari terus memanggang umat manusia di muka bumi dengan semangatnya yang menggebu-gebu, padahal jarum jam pendek yang ku lihat di jam tanganku baru menunjuk diangka 7 dan jarum panjangnya diangka 15. Seperti orang kantoran saja, matahari sudah sangat rajin beroperasi pagi-pagi sekali. Belum lagi aku harus sibuk dengan mengusap keningku, karena sepertinya derasnya keringat terus melintas di wajahku, ah semoga ketampananku tidak terhapus oleh keringat. Pak guru, bu guru, pak kepala sekolah, ibu TU, bapak OB, ibu kantin dan pak satpam, tahukah kalian? Kami layaknya ikan asin yang sedang dijemur di pinggiran pantai, upacara membuatku benci hari Senin.

Tidak lama terdengar seorang protocol berambut lurus sebahu yang mengenakan seragam nan cantik layaknya pramugari, dengan suaranya yang dalam dan halus membacakan kegiatan selanjutnya yang sangat menyebalkan “ Amanat Inspektur upacara, pasukan diistirahatkan “. Lalu tidak lama suara lantang menyuruh kami untuk melakukan ritual mendengarkan, menyilangkan tangan diatas pinggang belakang, dan berjemur lebih lama dilapangan. Ceramah panjangnya membuat kaki ini terus bergerak setengah menekuk karena pegal.

15 menit berlalu….

Akhirnya ceramah yang masuk kuping kanan dan terbuang sia-sia dari kuping kiripun berakhir, aku tidak suka acara formal seperti upacara ini. Bukan aku tidak menghormati bangsaku, tetapi aku memang tidak termasuk kategori anak teladan. Tapi buktinya aku masih rajin kok mengikuti upacara walaupun setengah hati. Tidak lama kemudian, terdengarlah nyanyian lagu nasional Indonesia dari Grup Obade. Ketika aku iseng kepada temanku dengan menaruh batu-batu kecil kedalam saku celananya, akupun terkekeh tertawa kecil, mendadak pandanganku terpusat pada satu titik. Gadis yang jarang ku lihat itu berdiri tepat sejajar denganku meskipun menghadap kearah yang berbeda. Tanpa sengaja kuperhatikan dia. Dengan rambut yang terurai keriting hanya dibawah, atau mince di salon berkata itu keriting gantung, rok abu-abu yang jatuh sampai dengkul, yang kulihat bajunya rapi, tidak kusut seperti bajuku. Oh Tuhan, siapa gerangan gadis itu? Mengapa jantungku berdetak dengan tempo yang sangat cepat? Tiba-tiba gadis itu sempat menengok ke arahku, dia tersenyum namun aku tak sempat membalas senyumnya, dia cepat sekali memalingkan wajahnya yang indah itu.

                                                                 ***


Tragedi gadis obade membuatku cinta pada upacara. Berkat upacara, aku berhasil menemukan gadis yang bisa membuatku mati berdiri karena kecantikannya, berkat upacara aku berhasil jatuh cinta pada gadis yang cantik jelita. Saat upacara usai, aku berlari mencari gadis itu. Aku malah bertemu dengan adik kelas yang pada saat acara MOS meminta tandatanganku.

 “ Nina, lo tau nama cewek yang tadi berdiri di barisan paling pinggir, depan banget barisan kelas gue?”
“ Yang mane? Gua kagak begitu meratiin?” Dengan logat betawinya Nina bertarung dalam acara Tanya jawab denganku
“  Ah itu loh yang cantik “
“ Oh itumah gua kali kak, pan gua juge cakep hehehe”
“ Bukan bondol !! Dia rambutnya sebahu, kering bunting eh gunting eh gantung”
“ Yee elah, ngomong aje belon bener, udah pen demen ame cewe cakep. Yang rambutnya ikel dibawa ntu ye?”
“ Nah tuh lo pinter”
“ Oh itumah si Vione anak kelas 10 IPA 3”
“ Vione apa Viona nih? Nanti gue salah ngomong, dia ilfeel lagi”
“ Yailah, udah seterah lu kak, mending lu panggil dia Vio aje deh ! Biar gak ribet” Ninapun mengundurkan diri dalam pertarungan tanya jawab ini, sekarang yang ku lihat hanya punggunngnya yang sudah menjauh dari pandanganku.


Teng… Teng.. Teng..


Bel sekolah nampaknya sudah tersiksa sekali. Setiap hari dia dipukuli oleh Pak Ahmad ataupun guru piket lainnya dengan keras. Tiga kali, tiga kali dan lima kali, jadi sebanyak sebelas kali bel dipukuli setiap harinya. Bayangkan dalam sebulan, berapa luka yang dia peroleh? Untung saja dia benda mati, kalo benda hidup……. Lupakan!

Dari awal jam pelajaran pertama aku masih sibuk dengan gadis cantik bernama Vio itu. Senyumnya manis pake banget deh pokoknya. Ditambah dengan kempot dan gingsul saat dia tertawa kecil bersama temannya, membuat hati berdebar tak karuan. Sempurna.

Aku berjalan menuju kantin, karena sepertinya keadaan perutku sudah kritis. Ketika aku hendak membeli semangkuk bakso, aku seperti melihat Viona. Sambil ku usap-usap wajahku, mataku, penglihatanku, korneaku, pupil sampai belekku yap ternyata dia Viona. Kakiku gemetar dan mulutku menganga. Saat dia melintas tepat didepanku, apa kalian tahu? Badannya wangi sekali, tidak seperti badanku. Saat itu yang ingin ku katakan dalam sebuah pertanyaan adalah " Apa merk minyak wangimu?" Siapa tahu saja aku ketularan wanginya. Saat itu dia berjalan dengan adegan slow motion sambil memegang satu botol air mineral dan mengobrol bersama temannya, aku sempat menghafalkan suaranya, indah dan mendayu-dayu. Ah aku terlalu berlebihan, tapi memang ini faktanya.

“ Woy Jae !! Ngapain lu nganga kayak cicak nungguin nyamuk?” Dengan wajah yang santai tetapi pukulan pada pundak yang tidak santai dan cukup keras, Uta teman sebangkuku sekaligus merangkap sebagai sahabatku menganggu suasana indah ini.
“ Ah rese lu !” Aku bergegas memunggungi Uta dan pergi mencari tempat untuk beristirahat sambil menyantap baksoku yang sudah mulai dingin
“ Hahaha…. Sorry masbro. Abis lu kayak orang pea. Hari Valentine malah kayak orang dongo. Kasian”
“ Apaan? Sekarang hari Valentine? Miape lu? Cius? Miape lu? Cius? Miape lu? Ci…..”
Tibatiba telapak tangan kiri Uta yang bau sudah mendarat dimulutku
“ Berisik banget si lu ! Itu ngomong gausah direplay bisa kali !”
“ Eh iya maap bang, tapi itu ngomong-ngomong tangan lu bau bang. Belom cebok ya?”
“ Haha tau aje lu. Eh mau kasi hadiah Valentine ke siapa lu?”
“ Hah? Oiya ya Valentine. Ah gapenting”
Tibatiba bel berbunyi dan memotong pembicaraan aku dan Uta



Sepanjang perjalanan menuju ruang penyiksaan otak alias kelas, aku memikirkan hari ini hmmm Valentine-Viona-Love-Marry you. Ah sial !! Lamunanku terlalu jauh. Jam pelajaran terakhir ini, guru tidak masuk kelas. Entah dia sakit atau ada acara keluarga, intinya jika guru tidak masuk kami bersorak riang gembira HOREE !! HOREEEE !! Lalu aku meminta tolong pada Uta untuk menemaniku keluar sekolah hanya 15menit. Dengan senang hati tanpa bertanya macam-macam Uta menerima tawaranku. Melompat dari jendela, menyusuri belakang kelas-kelas, berjalan layaknya seorang detektif kamipun berhasil keluar sekolah tanpa sepengetahuan Pak Satpam.

Dugaanku salah, aku kira Uta tidak akan banyak bicara dan bertanya karena ketika aku menawarkan tawaran ini dia hanya diam dan menurut. Namun setelah kami berada diuar sekolah, dia lebih bawel dari ibu-ibu arisan yang nungguin arisan dikocok.
“ Bro, lu ngapain ngajak gue cabut?” Uta penasaran dengan sikapku yang berubah jadi anak nakal sementara, maklum aku tidak pernah cabut jam pelajaran sekolah.
“ Hari ini kan hari valentine, nah tepat banget hari ini gue baru naksir cewe”
“ Terus lu mau ngapain pake keluar sekolah segala?”
“ Ah dongo ! Otak jangan dipajang didalem kepala dasar kabayan ! Hari ini kan valentine nah hari ini gue naksir cewe”
“ Ah sialan yang dongo itu elu ! Daritadi kata diulang-ulang mulu, gue butuh penjelasan” Utapun mendorong kepalaku hingga terkantuk seperti burung pelatuk atau adiknya Uta menamai makhluk itu WOODY WOODPEEKER. Ah sial, bukan adiknya Uta yang kreatif tetapi memang nama burung itu sering muncul di iacara kartun tv.
“ Eh iya bang, maklum bawaan hati jatuh cinta. Jadi hari ini kan hari valentine yah bang, nah gue lagi..”
“ Stop ! Intinya, lu ngapain ngajak gue cabut dongo ?!!”
“ Gue mau beli bunga bang, warnanya pink ada gak yah di toko seberang sono?”
“ Ah ngobrol dong dari tadi. Adalah ayo kita cari buruan nanti keburu ketangkep kamtib”
“ Okesip bang”


Dengan keadaan selamat lahir bathin sehat walafiat tanpa sedikitpun goresan luka, aku berhasil membawa setangkai bunga mawar pink untuk Viona. Aku kembali ke kelas dengan raut wajah yang sumringah, berbeda dengan Uta, raut wajahnya butek sekali. Mungkin dia kesal dengan kedongoanku. Tapi sejujurnya, aku dongo saat jatuh cinta saja. Dan selebihnya aku lebih dongo. Aku tidak sabar menunggu bel berbunyi lima kali yang tandanya bel pulang. Aku lirik jam dinding kelas, 5menit lagi bel berbunyi. Teman-teman sekelasku sudah berkeliaran keluar kelas, akupun dengan tangkas memasukkan buku-buku dan tidak lupa memakai sedikit minyak wangi Uta yang sebenarnya itu pengharum ruangan. Yang penting wangi !!!

Setelah ku telusuri lorong-lorong sekolah, ku seberangi lapangan basket, ku abaikan kantin dan ku susuri anak-anak tangga yang lebih dari 15, akupun tiba didepan kelas 10 Ipa 3. Yah letak kelasku dan kelas Viona benar-benar JAUH !! Aku menunggu dibalik pintu kelasnya, sampai ku lihat guru telah meninggalkan kelasnya. Murid-murid kelas 10 ipa 3 berhamburan keluar kelas.
“Yes !!! Itu dia.”
Dengan wajah menunduk, ku berikan bunga dan sepucuk surat pada Vio.
“ Woy lu homo yak?” Suara lelaki didepan Vio itu melontarkan ucapan yang berupa fitnah. Viopun tertawa geli
“ Eh sorry salah orang”
Lalu tanpa menunduk kali ini aku dengan gagah memberikan bunga itu, untuk memastikan memang Vio yang menerima bunga itu
“ Apa ini? Untuk aku?”
Ya Tuhan suaranya Vio… Pantas saja dia ikut ekstrakulikuller kesenian.
“ Iiii….. Iiiiy… Iiiiyaa. Selamat hari Valentine ” Lalu aku berlari dan menghilang dari pandangan Viona..


                                                                              ***






Sehari setelah 14 February pertama
Kak Jae, lelaki romantis…



Sesampainya di depan gerbang rumahku, aku mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal pada Lila yang telah memberiku tumpangan pada mobilnya. Lalu aku berjalan, sambil memandangi sepucuk surat dan setangkai mawar yang diberikan oleh lelaki yang tidak ku kenal.
“ Sepertinya dia kakak kelasku” Bisik kecilku

Malam ini aku siap untuk membaca isi surat ini..
Indah sekali, bunga mawar merah muda dan sepucuk surat yang didalamnya ada tulisan yang tidak seindah bunga ini, uppsss



Dear Vio….

Aku memang baru mengenalmu, dan mungkin kamu belum mengenalku..
Kamu percaya pada cinta pandangan pertama?
Sepertinya aku tengah merasakan hal itu. Sangat indah yah.
Tanpa kamu sadari, aku hari ini baru mengenalmu dan aku baru merasakan indahnya jatuh cinta. Suaramu, wangimu, senyummu… Semua indah bagiku. Aku tidak akan memaksamu jatuh cinta padaku, aku hanya ingin kamu berteman denganku. Jika kau berkenan, sangat ku nantikan balasan surat darimu… Selamat hari valentine..

Jae_11 ipa7




Sepertinya dia lelaki yang romantic. Sayang sekali aku tidak melihat wajahnya dengan serius. Hanya sekilas. Tapi mana mungkin secepat itu dia jatuh hati padaku? Ah tidak dengan aku. Aku tidak secepat itu jatuh hati pada seseorang, buktinya sampai hari ini aku masih single dan tidak punya koleksi mantan satupun hehehe.. Malam ini aku tidak bisa tidur, masih memandangi mawar dan memegang surat itu. Aku sering mendapatkan perlakuan seperti ini. Tapi baru kali ini jantungku berdebar kencang mendapat hal seperti ini dari seseorang bernama Jae. Akupun langsung mencari pena berwarna merah muda, ah tapi nanti dia fikir aku jatuh hati juga padanya. Yah ku ganti dengan tinta hitam biasa saja. Lalu dibawah terangnya lampu belajarku, aku menggoyangkan pena pada selembar kertas bergaris


Dear  Kak Jae..

Aku tidak tahu siapa kaka. Melihat kaka saja jarang. Aku tidak tahu kaka memperhatikanku hari itu. Yang aku tahu, aku lalui saja hari-hariku seperti biasa. Aku sangat berterimakasih kepada kaka jika memang kaka menaruh hati padaku. Kaka terlalu berlebihan memujiku. Tapi aku takut jatuh cinta, aku takut tersakiti. Walaupun aku belum pernah merasakannya. Aku siap dan sangat bersedia berteman dengan kaka. Teman J Oiya, kaka orangnya romantic. Terimakasih kak. Aku suka mawarnya.. Happy valentine too Kak jae
                                                                                                       
                                                                                                        Vio J


Setelah aku selesai menulis surat untuk Kak Jae, aku melipatnya dan memasukkannya dalam amplop berwarna kuning. Setelah itu aku pergi tidur.

                                                                     ***    

Matahari mengajakku berlomba, dan aku kalah. Dia lebih dulu terbit dari pada aku. Lalu aku bersiap-siap ke sekolah. Papa selalu menyuruhku mandiri, pergi sekolah dengan ojek saja. Dan Mang Jani, tukang ojek langgananku yang sudah berumur itu sudah tiba tepat waktu.


Dalam seperempat perjalananku..
“ Ya ampun.. Aku lupa !!!”
“ Ada apa neng? Ada yang tertinggal?”
“ Iya mang, sesuatu anu…”
“ Oh yaudah yuk kita balik aja lagi”
Lalu dengan sabarnya Mang Jani mengantarkanku pulang lagi
Aku ceroboh, bodoh. Ku cari surat itu dibawah bantal, dan akhirnya ketemu juga. Pertanyaan papa dan mama aku abaikan dan ku balas dengan satu ciuman yang mendarat pada pipi mereka “ Pa ma aku pergi dulu, love you”
Dengan kecepatan seperti Kereta yang dijuluki Shinkanzen ini Mang Jani menyelamatkanku dari tutupnya gerbang sekolah.


Istirahat sudah tiba. Aku meminta Ninis untuk keluar kelas bersamaku lebih awal. Lalu kami berdua menunggu didepan pintu kelas 11 ipa 7. Ya perjalanan yang melelahkan sebenarnya pergi ke kelas Kak Jae. Sampai terdengar bunyi “cek..rek” pintu kelas dibuka. Ku amati satu per satu kakak kelas, aku lupa wajah Kak Jae. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang
“ Hey. Cari siapa? Sepertinya kamu adik kelas yah?” Lelaki bertubuh semampai gagah itu ingin beradu Tanya denganku
“ Eh iya kak. Kakak tau yang namanya Kak Jae?”
“ Oh si Jae.. Dia hari ini gak masuk, ada urusan keluarga katanya”
“ Oh begitu ya kak? Kalau teman dekatnya ada tidak kak?”
“ Tunggu sebentar yah” Ku lihat dia menghampiri seorang lelaki berambut ikal dan berhidung mancung
“ Ada apa de?” Tanya lelaki itu
“ Ini temannya kak Jae?”
“ Bukan dek. Saya sahabatnya”
“ Huh.. sama saja kak hehehe aku mau menitipkan sesuatu untuk kak Jae”
“ Kamu Vio bukan?”
“ Nama kaka siapa? Iya kak. Kok bisa tau?”
“ Taulah, Jae kan cerita. Saya Uta”
“ Jadi malu kak hehehe, yaudah titip surat ini ya kak. Terimakasih kak”
Aku pergi meninggalkan Kak Uta sambil menggerutu dalam hati karena sebal pada Kak Jae. Padahal aku ingin memberikan suratnya langsung.. Huuuuu menyebalkan.





14 February kedua
They are in relationship

           Setelah surat dari Vio aku berikan pada Jae, sejak saat itu pula pertemanan mereka sangat akrab. Entahlah, itu surat berisi apa. Jae tidak pernah menceritakannya padaku. Oke pasti kalian bingung sebenarnya aku ini siapa? Bagian ini aku yang berperan yah, Uta si anak Ubi. Tepuk tangannya mana? Oke terimakasih jika kalian sudah tepuk tangan, dan buat kalian yang tidak tepuk tangan, terimakasih juga karena sudah membaca bagian ini J


           Sebelum jam istirahat aku menyempatkan bertanya pada Jae.
“ Bro, hubungan lu sama Vio gimana?”
“ Gimana yak? Niatnya gue pengen nembak dia nih.. Kan udah setaun tuh gue kenal dan temenan akrab”
“ Ya keputusan yang tepat”
“ Oke entar malem gue mau ngajak dia nge-nge-nge apa itu namanya?”
“ Ngedance? Ngeden? Ngegebet cowo laen? Nge.. nge apa dongo?”
“ Nge aduh itu bahasa gaulnya tanggal apa?”
“ Ah dongo lu ! Ngedate !!!!!!” Tidak terasa aku melayangkan jitakan pada kepalanya Jae
Susah kalau berbicara sama orang bellooooon seperti Jae. Tapi aneh, bloon aja dia laku sama cewe cakep -_________-“

Malam ini, gue satu-satunya orang yang diajak nyaksiin sejarah percintaan sahabat gue ini. Bersejarah banget men. Gue disuruh nemuin Vio di kafe tempat mereka janjian buat bilang kalo Jae itu kecelakaan ( re: pura-pura kecelakaan ). Sebenernye gak tega, tapi apa mau dikata, siapa tau pas Vio deger kabar itu dia sedih, dan butuh pundak buat bersandar. Beeeeuuuh rezeki nih men. Ah enggak !!! Gue bukan jeruk makan apel atau temen makan temen kok. Woles.

Akhirnya gue berhasil ngeliat Vio, cantik banget pake dress pink rambutnya dikepang dikit, aduh ileh itu senyum, astagfirullah !!!
“ Pio..”
“ Eh kak Uta, uhm Vio kok bukan Pio hmmm”
“ Yah wateper.. Maaf nih sebelumnya.. Anu Jae.. ” Muka gue versi tampang melas sedunia, bisa nih masuk ke on the spot atau spotlite
“ Ada apa kak? Kenapa kak Jae?” Vio panic setengah idup setengah lagi tetep idup
“ Jae ke… kec.. kece… kecela…” Ucapan gue terbata-bata, biar seakan-akan ini beneran
“ Kenapa kak?” Badan gue berasa diguncang-guncangkan oleh bidadari
“ Jae kecelakaan tadi pas mau kesini Vio..”
“ Apa? Dimana dia sekarang?” Tiba-tiba handphone gue geter lama, tandanya ada panggilan masuk.
“ Halo ada apa bro?”
“ Gue kecelakaan beneran bang” Suara dari seberang sana itu suaranya Jae
“ Ah yang bener lu? Dimana lu sekarang?”
Tut.. tut.. tut.. Panggilan terputus, dan Vio menanyakan hal apa sebenarnya yang terjadi.
“ Vio maap, sebenernya gue boong sama lu. Tadinya Jae nyuruh gue buat pura-pura bilang kalo dia kecelakaan”
“ Terus? Barusan telephone?”
“ Iya ternyata Jae kecelakaan beneran Vio, gila mampus gue lemes banget ini badan”
“ Yaudah ayo kak kita cari dia !”
Vio menarik tanganku dan langsung bergegas keluar dari meja kafe ini. Tiba-tiba didepan kafe, banyak sekali orang berkerubung. Saat aku dan Vio penasaran, tiba-tiba kami berdua tersentak ketika orang-orang yang berkerubung itu menyanyikan sebuah lagu kesukaan kami bertiga
“ …… ternyata aku makin cinta, cinta sama kamu”
Dari belakang kami, Jae menepuk pundak kami secara bersamaan sambil mengucapkan
“HAPPY VALENTINE !!!!”
Kemudian kami bertiga seperti teletubies, berpelukan.
“ Sialan lu bro ! Udah bikin gue panic aja. Gue kira beneran”
“ Tau nih udah bikin panic banget”
“ Hahaha ini kejutan buat kalian berdua mamen hehehe”

Lalu setelah acara teletubies, tibalah acara utama. Say love to Vio.  Lingkungan sekitar bersahabat sekali. Mataku berkaca-kaca, terharu melihat keromantisan sahabat bulukku ini.
“ Vio.. Aku cowok yang romantic kan?”
“ Ih kepedean”
“ Serius. Romantic gak nih?”
“ Iya romantis kok”
“ Kalo aku romantis, peluk aku dong sekarang”
“ Ih kamu mah kak, nyebelin banget” Lalu terlihat mereka melakukan ritual teletubies lagi
“ Berarti kamu syah jadi pacar aku sekarang”
“ Ih kok gitu?” Terlihat dari sini, Vio melepaskan pelukannya
“ Iyalah, makanya sebelum meluk liat keadaan sekeliling dulu”
“ Ka-lo ka-mu me-luk a-ku be-rar-ti ka-mu ne-ri-ma cin-ta a-ku” Vio mengeja tulisan yang berderet dibelakangnya
Saat itupula mereka resmi pacaran, sebagai sahabat aku senang melihat keadaan seperti ini. Congratulation ViJa J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar